PERBUATAN BAIK TERKUAT

Oleh: Fransiskus Buntaran

Seperti hari-hari biasanya, Angga menunggui Bapaknya, Pak Kromo, memotong-motong kayu karena Bapaknya memang tukang kayu. Berbagai macam kayu dipotong-potong, ada yang jadi meja, ada yang jadi kursi.

Hari itu Angga memperhatikan Bapaknya. Betapa terampil Bapaknya menggunakan alat kerja, gergaji, tatah, golok, kayu yang belum terbentuk, dipotong sana, dipahat sini, seolah-olah kayu kalah telak dengan alat kerja Pak Kromo yang terbuat dari besi.

Angga yang kecil tapi cerdas itu berpikir dan bertanya kepada Bapaknya;

“Pak, kenapa ya kayu keras itu kok mudah dipotong dengan golok yang terbuat dari besi?”

Pak Kromo sambil tetap kerja menjawab, “Ya anakku, karena kayu kalah kuat dengan golok yang terbuat dari besi.”

“Jadi, besi paling kuat ya Pak? Buktinya golok yang terbuat dari besi bisa untuk memotong kayu.”

“Tidak anakku, besi masih bisa dikalahkan oleh api. Besi dipanasi dengan api lama-lama meleleh.”

“Terus api yang kuat dan bisa mengalahkan besi jadi yang terkuat dong?”

“Tidak juga. Api yang kuat yang bisa mengalahkan besi kalah sama air. Api kalau disiram air akan mati.”

“Wah, berarti air sakti dong?”

“Tidak juga. Air masih kalah sama matahari. Coba lihat, air di jalan sehabis hujan yang disinari matahari, tidak berkutik, dan lama-lama habis.”

“Kalau begitu matahari yang paling kuat?”

“Tidak. Matahari yang kuat, yang sakti bisa mengalahkan air itu, kalah dengan awan. Matahari ditutup awan tidak bisa apa-apa, tidak tampak, hilang cahayanya.”

“Oh bukan main ternyata awan bisa mengalahkan matahari. Terus yang bisa mengalahkan awan apa?”

“Awan kalah dengan angin. Awan ditiup angin ke kiri, lari ke kiri, ditiup angin ke kanan, lari ke kanan. Awan tidak berkutik sama sekali dan hanya mengikuti apa maunya angin.”

“Terus Pak, masih ada yang mengalahkan angin?”

“Angin kalah oleh manusia. Baru dihalangi kaca saja angin sudah tidak bisa menyentuh manusia apalagi dihalangi tembok.”

“Bukan main. Kita bangga jadi manusia karena manusia gagah, cerdik, lincah, tapi apakah ada yang mengalahkan manusia?”

“Ada anakku. Manusia kalah dengan kematian. Kalau sudah mati, manusia yang gagah itu hilang gagahnya, hilang cerdiknya, hilang lincahnya.”

“Kalau begitu yang paling kuat apa dong?” “Yang paling kuat adalah perbuatan baik. Orang boleh mati tapi perbuatan baiknya tetap hidup, tetap diingat. Sukarno sudah mati puluhan tahun lalu tapi karena perbuatan baik kepada bangsanya, perbuatan baik yang tulus yang dilandasi kasih maka masih tetap diingat, tetap dikenang. Makanya Anakku, berbuat baiklah kepada sesama. Berbuat baik yang dilandasi kasih, berbuat baik yang tanpa pamrih.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *