MANGKOK SETIAP ORANG BERBEDA

©Alena Dormidontova | Dreamstime.com

Oleh: Fransiskus Buntaran

Tuhan maha pengasih, memberi talenta setiap umatnya sesuai porsi masing-masing dan kita tidak bisa minta melebihi porsi kita.

Kisah nyata terjadi pada awal tahun 2018, di mana PT Sertifikasi Kompetensi Ketenagalistrikan (SERTIKOMLIS) yang masih sangat muda dapat order menguji Bidang IPTL (Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik) Sub Bidang Pemeriksaan dan Pengujian dari PT JKI (Jasa Kelistrikan Indonesia) Wilayah Papua di Timika.

Regulasi Asesor Kompetensi Ketenagalistrikan waktu itu masih belum seketat sekarang. Saat itu Asesor bisa dengan leluasanya bergabung di beberapa Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) untuk Bidang dan Sub Bidang yang sama.

Menguji di Timika merupakan ujian tersediri bagi SERTIKOMLIS. Asesor yang sudah sanggup untuk berangkat, mendadak mengundurkan diri karena ada penawaran nguji dari LSK yang sudah lebih eksis. Maklum, SERTIKOMLIS baru berdiri, teman-teman Asesor belum begitu percaya.

Dengan persiapan yang matang, akhirnya Tim Uji Kompetensi yang terdiri dari saya selaku Direktur sebagai ketua tim, Pak Bowo (Wibowo Hadi Sujono – ed.) dan Pak Budi Purnomo sebagai anggota, serta Pak Agus Purwanto selaku Manajer Administrasi sebagai Administrator berangkat ke Timika. Namun rute pesawat yang semula dari Semarang – Makasar – Timika mendadak diubah oleh maskapai penerbangan menjadi Semarang – Jakarta – Makasar – Timika. Akibatnya kami menunggu di Bandara Cengkareng terlalu lama dan jadi tambah biaya makan di jalan.

Kegiatan uji berjalan seperti biasa kecuali pelayanan Vendor (pemohon sertifikasi – ed.) yang sangat berlebihan baik soal hotel, meskipun 2 orang satu kamar, saya dengan Pak Agus Purwanto satu kamar, Pak Bowo dengan Pak Budi Purnomo satu kamar, maupun soal menu makan yang disajikan dipilih yang terbaik yang ada di Timika. Maklum, disamping karena teman mungkin Vendor juga berharap semua Asesi (peserta uji -ed.) bisa Kompeten semua. Padahal Asesinya sudah siap karena sudah lama bekerja di bidang kelistrikan.

Hari ketiga jam 13.00 WIT pelaksanaan Uji Kompetensi sudah selesai. Vendor mengajak jalan-jalan ke komplek perumahan pegawai PT Freeport yang memang sangat berbeda dengan komplek perumahan rakyat di sekitarnya.

Waktu masuk ke komplek Freeport kami harus lapor, mengisi buku tamu, dan meninggalkan KTP untuk kemudian diganti dengan ID Tamu. Kami berenam, Vendor dan staf serta Tim Uji 4 orang, masuk jalan-jalan, mendokumentasikan gambar, dan sampai di toko serba ada (toserba), semacam mall kecil untuk melayani kebutuhan pegawai Freeport.

Masuk ke toserba tersebut harus lewat satpam. Kami melihat-lihat makanan yang tersedia dan karena masuknya melalui proses yang relatif ketat maka saya menyampaikan silahkan membeli makanan atau minuman yang tidak ada di luar. Akhirnya kami sepakat membeli minuman dan makanan produk Amerika yang tidak ada di luaran. Giliran mau bayar kami tidak bisa melakukan pembayaran karena yang bisa belanja di toserba hanyalah pegawai Freeport dan memiliki member.

Pada saat kami kebingungan ada seorang bapak orang Manado, Fransiskus namanya, menawarkan pakai membernya hanya saja nilainya terbatas karena bapak tersebut juga belanja. Akhirnya disepakati   masing-masing hanya bisa mengambil satu minuman sejenis beer berkemasan botol.   

Kami berenam pulang dengan memegang minuman satu-satu. Sambil jalan pulang, kami semua mulai mencicipi minuman yang rasanya memang aduhai, ada asamnya, manisnya, bau harum.

Karena beli minumannya dengan proses yang cukup ribet, di mobil minuman tersebut kami nikmati sampai habis, kecuali kepunyaan Pak Agus Purwanto. Minuman ini memng akan sangat lezat kalau diminum pas dingin. Pak Agus yang pingin lebih, lebih lezat, lebih nikmat, mau taruh minumannya di kulkas dulu, biar dingin, katanya.

Sampai di hotel jam 17.30 WIT Pak Agus langsung memasukkan minumannya ke dalam kulkas sambil bicara, “setengah jam lagi sudah dingin dan pasti nikmat”.

Jam 18 lebih sedikit, sambil bersiul-siul kecil, Pak Agus menuju ke kulkas untuk mengambil minuman dan menikmatinya.

Maksud hati membuka tutup botol yang memang sebelumnya sudah dibuka dengan lubang kunci kusen pintu kamar mandi, lupa botolnya licin karena embun, dan terjadilah, “Pyaar!”. Botol lepas dari tangan dan minuman tumpah. Waduh…., waduh…., waduh….

Saya sebagai teman satu kamar langsung tanya,

“Ada apa Pak Agus?“

“Wah minuman saya jatuh. Padahal tadi sebelum dingin, saya minum sedikit, rasanya enak banget“, jawabnya dengan mimik wajah kecewa.

“Ya sudah, memang bukan rezeki”, jawab saya sedikit menghibur. Entah apapun alasannya, kita tidak bisa mengambil melebihi jatah kita. Jatah kami hari itu adalah minum minuman yang memang sudah enak tapi Pak Agus menghendaki lebih enak, dan itu tidak terjadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *